INTAN YANG MENGINSPIRASI
“Jika kau sudah membuang permata, jangan pernah bermimpi tuk mendapatkan berlian setelahnya", kata adik.
“Karena tak ada uang tuk beli baru, sahut sang kaka yang nun jauh di belahan negeri Papua.
"Sebab Intan sudah dimiliki”, sahut seseorang.
Deretan kata yang memberi makna sangat dalam bagi seseorang yang pernah tanpa sengaja
terdampar dari zona nyamannya. Tak tertutup
kemungkinan bahwa keadaan itu membuatnya terpukul, kecewa dan syahdu. Jiwa seakan
menggeliat, menolak keadaan raga yang sedang rapuh. Kemana pikiran dan hati
melabuh? Pada kuasa yang Maha Tahu dan Tangguh. Tak perlu berlarut-larut dalam
fase labil. Bersimpuh menghadapNya membuat jiwa dan raga kembali menemukan ruhnya.
Semangat juang tinggi terus menempa, menyingkirkan factor yang tak
menguntungkan. Tak ada yang abadi. Setiap lapisan elemen kehidupan akan melerai
tuah kepada sesiapa yang bertuah, yang pandai bersabar dalam kesyukurannya. Manusia
pilihan dapat berpikir bahwa situasi yang dianggapnya baik belum tentu baik di
mataNya, pun sebaliknya keadaan yang tak disukainya justru mendatangkan jutaan
anugerah Ilahi Rabbi.
Sehatnya jiwa
dan raga dapat diukur dengan seberapa cepat ia kembali pada ruhnya. Ruh yang
mampu bangkit dengan segera setelah terpuruk. Ruh yang selalu berkomitmen pada
apa-apa yang menghasilkan citra dan cinta. Bersusah payah ia berusaha memaafkan
dirinya sendiri, untuk menemukan kembali versi terbaik dalam dirinya sendiri. Sampai
di suatu titik ia mengerti kenapa ia harus memaafkan, entah itu memaafkan dirinya
sendiri atau pun orang lain. Memaafkan memang tidak mengubah masa lalunya,
tetapi memaafkan akan melapangkan masa depannya. Bismillaaah…. Mulailah dengan
sesuatu yang kecil dan disukai, menebar aura positif dalam perspektif yang
berbeda. Lakukan gerakan pembaruan agar yang alam tahu bahwa ia sudah kembali,
ia telah beraksi dalam segenap jiwanya. Memandang hidup terus berjalan tanpa
masalah, karena setiap solusi menemui jodoh masalahnya sendiri dengan berpikir
jernih dan berlapang dada. Semakin matang usia seseorang akan semakin sadar
bahwa ia tak butuh drama, konflik, dan stress. Yang diinginkannya adalah rumah
yang nyaman, makanan yang sehat, dan dikelilingi oleh orang-orang yang positive
thinking.
Kini, bertermakasih pada goncangan hebat tsunami dua puluh tahun silam adalah caranya merefleksikan diri. Bahwa ada kehidupan yang lebih baik setelah pukulan hebat itu. Ada peradaban yang lebih menantang untuk ditaklukkan dengan jiwa patriot. Ada harapan-harapan anak bangsa yang mesti dihantarkan ke gerbang masa depan gemilang. Mari lakukan perubahan dengan bergerak ‘move on’ dari zona nyaman.
"Jangan membenci siapapun, sejahat apapun orang tersebut kepada kita. Karena sejatinya, saat kita benci, ktalah yang rugi. Rugi waktu, rugi pikiran, rugi tenaga. Mending dianggap angin lalu saja", kata Tere Liye.

mantul
BalasHapus