Koneksi Antar Materi (modul 3.1)
3.1.a.9. Koneksi
Antarmateri
Februari 2022 para CGP angkatan 3 Kabupaten Aceh Timur, Propinsi Aceh, yang tengah mengikuti PPGP memasuki paket modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah,
yang merupakan paket modul terkahir yang akan dipelajari para CGP. Pada modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, dari serangkaian modul sebelumnya, ini sedikit menantang CGP karena harus berperan sebagai guru yang juga disebut pemimpin pembelajaran. Mendengar kata pemimpin tentu ada beban tanggung jawab yang harus dipikulnya, segala tidak tanduk harus dilaksanakan sebijaksana mungkin agar kemaslahatan bersama dapat tercapai.Menilik perjalanan program
pendidikan guru penggerak dari modul 1 yaitu tentang Filosofi Ki Hajar
Dewantara, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.”
Dalam menuntun laku dan
pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang
petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan
ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Dalam
proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan
dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan
kemerdekaannya dalam belajar. Untuk itu seorang guru juga harus berpegang teguh
pada Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Kaitannya dengan pengambilan keputusan adalah
seorang guru harus mampu mengambil sebuah keputusan yang bijaksana,
mendatangkan kebermanfaatan bagi peserta didiknya. Di samping itu juga ia harus
menjadi teladan dalam bersikap, harus adil dan berpijak pada kepentingan
bersama dalam mengambil suatu kebijakan. Ia juga semestinya menjadi inspirasi
bagi peserta didik agar terus belajar hingga akhir hayat. Oleh karenanya guru
harus mampu menempatkan diri sebagai motivator, fasilitator, dan role model
yang baik bagi seluruh peserta didiknya. Agar tujuan pendidikan itu sendiri
dapat tercapai, di mana guru juga harus menciptakan lingkungan belajar yang
kodusif dan menyenangkan bagi peserta didik. Sehingga tidak ada unsur
keterpaksaan dalam diri peserta didik baik dalam pembelajaran atau kehidupannya
di masyarakat.
Setelah menyelami lembar per
lembar modul, yang dimulai dari diri, melakukan survey sebagai pengetahuan awal
tentang proses pengambilan keputusan yang berada di antara berbagai pemangku
kepentingan, di antaranya murid, orang tua murid, guru, yayasan dan pihak
komunitas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru pasti sering dihadapkan
dalam situasi di mana guru harus mengambil suatu keputusan. Namun, beberapa
keputusan tersebut melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang
sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu sama lainnya.
Dalam pengambilan sebuah
keputusan akan ada dua hal yang akan ditemukan yaitu bujukan moral dan dilema
etika. Apakah perbedaannya? Bujukan
moral adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang
dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. Dilema etika adalah sebuah
situasi yang terjadi di mana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar
namun saling bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Kemudian dapat dipahami pula
bahwa dalam mengambil keputusan akan ada beberapa dilemma yang kerap dialami
dalam kehidupan, yaitu: Individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa
kasihan, kebenaran lawan kesetiaan, jangka pendek lawan jangka panjang.
Kemudian ada 3 prinsip yang harus dipegang teguh, yaitu: melakukan demi
kebaikan (end based thinking), menjunjung tinggi prinsip atau nilai-nilai dalam
diri (rule based thinking), dan melakukan apa yang diharapkan orang lain akan
lakukan kepada kita (care based thinking). Dengan melalui 9 tahapan pengambilan
keputusan dan pengujian keputusan: mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan, menguji benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji
publikasi, dan uji panutan), menguji paradigm benar lawan benar, melakukan
prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan lihat lagi
keputusan dam refleksikan.
Langkah-langkah proses
pengambilan keputusan tersebut harus dilakukan untuk mempraktekkan mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan menentukan paradigma dilemma
etika atau bujukan moral lebih dulu, kemudian melakukan 9 langkah dalam
pengambilan dan pengujian keputusan dengan memperhatikan 3 prinsip pengambilan
keputusan. Selain itu dapat juga dilakukan dengan tehnik coaching untuk
mengambil keputusan. Pada akhirnya diharapkan menghasilkan keputusan yang
mendatangkan kebaikan bagi semua kalangan. Dengan memperhatikan tahapan demi
tahapan saya yakin keputusan-keputusan yang muncul merupakan kebijaksanaan yang
diidam-idamkan semua pihak. Tidak ada masalah yang tidak ada solusinya. Semua
tergantung cara pandang kita, apakah kita mencari solusi atau menggali polusi.
Wahhhhh.....kerennn.luar biasa sekali lah ibu cantik ini...
BalasHapusMa syaa Allah, lanjutkan terus kepakkkan sayapmu tuk memajukan dunia pendidikan.
BalasHapus